Jika dirimu ingin mengetahui suatu perkara yang teramat rahasia di dunia, maka ikhlas pasti menjadi salah satu di antaranya. Ia bukan tentang logika, melainkan perihal hati. Sebab tempatnya berada di palung terdalam dari lubuk yang begitu sulit untuk diselami.
Lapang
Memaafkan itu bukan perkara siapa yang benar, dan meminta maaf pun bukanlah perkara siapa yang salah, sebab yang mampu melakukan keduanya –baik memaafkan maupun meminta maaf, adalah ia yang hatinya paling lapang.
Semua Butuh Jeda

Barangkali kamu pernah mengalaminya, ketika sekelilingmu tengah tertawa bahagia, namun dalam hatimu justru terasa begitu hampa. Segala hal yang menyuguhkan kegembiraan terasa begitu hambar, sebab carut marutnya emosi dalam dirimu belum memudar.
Meski banyak yang bilang bahwa kebahagiaan itu menular, namun bagaimana lagi jika ternyata tawa yang merekah pada wajah mereka justru belum ingin singgah di wajahmu? Bagaimana jika canda yang mereka gaungkan belum menggema sampai ke dalam hatimu?
Kurasa, tak mengapa.
Berilah dirimu sedikit jeda.
Kamu tak harus memaksa sudut bibirmu menyungging tawa jika memang belum bisa. Kamu tak harus melebur dalam kegembiraan yang mereka bawa. Kamu tak perlu merasa sungkan untuk sejenak menarik diri dari euforia, bukannya mengubur sedih yang kamu rasa dalam atmosfer bahagia jika hanya demi formalitas semata. Daripada terus dipendam, persilakan saja ia mengalir perlahan. Sebab tak hanya kesenangan, kesedihan pun sesekali juga perlu dinikmati sensasinya.
Tak perlu selalu mengekang dirimu yang tengah bersedih, tak perlu memerangi hatimu yang pedih. Penerimaan terhadapnya, sepertinya akan lebih baik, sebab dengan begitu, kamu jadi tau makna pulih yang sesungguhnya. Insyaa Allaah…
Namun, sebagaimana bahagia, sendumu pun sekadarnya saja, ya 🙂
Photo by Daria Shevtsova on Pexels.com
Masing-masing Diri Kita Punya Cerita

Tak ada kisah yang tak sempurna, karena bagi setiap diri manusia, masing-masing cerita yang mereka punya pasti bermakna. Sehingga, tak ada baiknya membandingkan alur cerita antara satu dengan lainnya, sebab setiap kisah diperankan oleh tokoh yang berbeda-beda. Dan aku percaya, bahwa dirimu pun, adalah bagian penting dari sebuah kisah indah yang tertulis pada lembar-lembar penuh warna, yang barangkali belum sepenuhnya olehmu terbaca sebab kisah orang lain di luar sana seringkali lebih menyilaukan mata.
Sekarang, cobalah untuk memfokuskan diri pada kisahmu dan mulai membacanya. Jika halaman yang kau buka saat ini ternyata tengah mengisahkan lara, tak mengapa, ikuti saja jalan ceritanya sebab cepat atau lambat kamu pasti akan sampai pada lembar-lembar penuh syukur atas derita yang sempat menjadi pengerat dari indahnya kisah yang kau punya.
Esok atau lusa, mungkin akan kau lewati bagian cerita yang menuliskan pahitnya episode kehilangan, namun luka yang disisakan olehnya akan mengajarkanmu makna indah dari menemukan.
Lalu kamu pun akan sampai pada bagian tentang ditinggalkan, juga meninggalkan. Sekali lagi kubilang, tidak apa-apa. Bagaimanapun, pada setiap cerita ‘kan selalu terselip duka di antara bahagia, namun hal itulah yang akan menjadi salah satu bagian penyempurna alurnya. Sebab kisah yang dilengkapi dengan adanya babak datang dan pergi, akan menjadikannya jauh lebih berarti.
Pada bagian tertentu, mungkin dirimu akan terperangkap dalam sebuah alur yang ujungnya terasa begitu tanggung, padahal cerita itu memang tak lagi dapat disambung. Entah sempat atau tidaknya klimaks tercapai, ketahuilah bahwa halaman pertama tak selalu membutuhkan waktu lama untuk sampai di bagian terakhir, pada lembar-lembar yang menjadi penuntasan dari sebuah takdir, yang barangkali akan mengantarkanmu pada permulaan kisah-kisah lain.

Prasangka [2]
Banyak sekali hal tak terduga silih berganti terjadi dalam setiap episode kehidupan yang kita jalani. Berbagai peristiwa bertajuk baik hingga buruk yang sejatinya memiliki keserupaan esensi, yaitu mengarahkan kita agar … Lanjutkan membaca Prasangka [2]
Batas
Ketika dirimu ingin menyampaikan suatu kebaikan, sampaikanlah layaknya menyiram sebatang tanaman. Tugasmu adalah mengalirkan sejuknya air kepada dahaga yang dirasa oleh akar-akarnya. Itu saja, secukupnya. Sedangkan perkara tumbuhnya ia atau tidak, biarlah nanti Allah yang berkehendak…
Diam.
Biarkanlah mereka yang tengah bahagia, menikmati sejenak kegembiraannya. Biarlah yang sedang bersedih pun, sesaat mengarungi duka dan lara. Tak perlu mengusik waktu mereka ‘tuk menikmati dinamika dalam hatinya. Nanti, Allaah-lah yang akan meredakan ーkeduanya.