
Di sepanjang perjalanan hidup ini, mungkin ada banyak hal yang selalu kita harapkan namun tak bisa dimiliki, yang pernah kita minta untuk kembali namun lebih memilih pergi, yang masih kita rindukan namun tak kunjung datang, yang tetap saja kita inginkan meski tak bisa didapatkan. Lalu, kita kembali merasa terperangkap dalam ketidakbahagiaan karena sulitnya mengikhlaskan segala hal yang kita inginkan namun tak tergapai dalam genggaman.
Kalau kita mau mengingat-ingat lagi, sebenarnya jalan keluar atas terperangkapnya diri kita dalam kontradiksi ini sederhana sekali: mempertemukan rasa ikhlas dengan hati. Selesai. Tetapi, sebagaimana yang sudah kita ketahui, sebagaimana yang sebelum-sebelumnya pernah kita alami, jalan ini memang cukup sulit untuk dilalui. Ketidakselarasan antara kehendak dengan keadaan yang terjadi seolah menjadi jalur yang begitu terjal untuk dilewati karena kita terlanjur kehabisan daya dan tenaga yang disebabkan oleh rancunya perasaan dalam diri.
Bagaimana jika kita berhenti sejenak dan mencari tempat singgah sementara untuk mencerna segala peristiwa dengan sedetail-detailnya? Di saat kita mengambil jeda untuk benar-benar mau membuka mata untuk menelusuri kembali setiap jengkal nikmat yang Allaah berikan dan bersyukur atasnya, maka insyaa Allaah kita akan menyadari betapa Maha Adilnya Ia. Barangkali kita pun baru akan menyadari bahwa justru diri kitalah yang seringkali bersikap sebaliknya. Di saat Allaah telah memenuhkan segala kebutuhan kita, namun kitalah yang seringkali luput untuk mensyukurinya.
Adilkah?
Semoga, setiap terjalnya perjalanan ini bukan menjadi titik dari keputusasaan, namun menjadi bagian dari proses pendewasaan dan kebijaksanaan.
Photo by Syed Hasan Mehdi on Pexels.com