Kategori: Catatan

Masing-masing Diri Kita Punya Cerita

Tak ada kisah yang tak sempurna, karena bagi setiap diri manusia, masing-masing cerita yang mereka punya pasti bermakna. Sehingga, tak ada baiknya membandingkan alur cerita antara satu dengan lainnya, sebab setiap kisah diperankan oleh tokoh yang berbeda-beda. Dan aku percaya, bahwa dirimu pun, adalah bagian penting dari sebuah kisah indah yang tertulis pada lembar-lembar penuh warna, yang barangkali belum sepenuhnya olehmu terbaca sebab kisah orang lain di luar sana seringkali lebih menyilaukan mata.

Sekarang, cobalah untuk memfokuskan diri pada kisahmu dan mulai membacanya. Jika halaman yang kau buka saat ini ternyata tengah mengisahkan lara, tak mengapa, ikuti saja jalan ceritanya sebab cepat atau lambat kamu pasti akan sampai pada lembar-lembar penuh syukur atas derita yang sempat menjadi pengerat dari indahnya kisah yang kau punya.

Esok atau lusa, mungkin akan kau lewati bagian cerita yang menuliskan pahitnya episode kehilangan, namun luka yang disisakan olehnya akan mengajarkanmu makna indah dari menemukan.

Lalu kamu pun akan sampai pada bagian tentang ditinggalkan, juga meninggalkan. Sekali lagi kubilang, tidak apa-apa. Bagaimanapun, pada setiap cerita ‘kan selalu terselip duka di antara bahagia, namun hal itulah yang akan menjadi salah satu bagian penyempurna alurnya. Sebab kisah yang dilengkapi dengan adanya babak datang dan pergi, akan menjadikannya jauh lebih berarti.

Pada bagian tertentu, mungkin dirimu akan terperangkap dalam sebuah alur yang ujungnya terasa begitu tanggung, padahal cerita itu memang tak lagi dapat disambung. Entah sempat atau tidaknya klimaks tercapai, ketahuilah bahwa halaman pertama tak selalu membutuhkan waktu lama untuk sampai di bagian terakhir, pada lembar-lembar yang menjadi penuntasan dari sebuah takdir, yang barangkali akan mengantarkanmu pada permulaan kisah-kisah lain.

Batas

Ketika dirimu ingin menyampaikan suatu kebaikan, sampaikanlah layaknya menyiram sebatang tanaman. Tugasmu adalah mengalirkan sejuknya air kepada dahaga yang dirasa oleh akar-akarnya. Itu saja, secukupnya. Sedangkan perkara tumbuhnya ia atau tidak, biarlah nanti Allah yang berkehendak…

Diam.

Biarkanlah mereka yang tengah bahagia, menikmati sejenak kegembiraannya. Biarlah yang sedang bersedih pun, sesaat mengarungi duka dan lara. Tak perlu mengusik waktu mereka ‘tuk menikmati dinamika dalam hatinya. Nanti, Allaah-lah yang akan meredakan ーkeduanya.

Cukuplah Dia, Bagi Diri Kita…

بسم الله الرحمن الرحيم

Jika gerimis saja sudah cukup menyejukkan diri dari teriknya mentari siang, lantas mengapa harus meminta derasnya hujan yang barangkali justru bisa menenggelamkan? Ketika sependar nyala dalam tungku sudah mampu menghangatkan tubuh yang kedinginan, maka tak perlu menyulut lebih besar api yang mungkin saja dapat membinasakan.

Nyatanya, merasa cukup masih menjadi tugas yang begitu besar untuk dikerjakan. Merasa cukup dengan apa yang sedang dimiliki, bersyukur dengan apa yang telah Allaah beri. Belajar ridha atas apa yang Allaah tetapkan, sebab ialah kunci tenangnya kehidupan. Jika masih saja menuntut berbagai macam hal, tampaknya ketenangan dalam hidup hanya akan menjadi sebuah angan.

Dengan segala pemberian yang tak pernah ada habisnya, untaian kasih yang tak ada hentinya, ku rasa cukuplah Dia bagi diri kita…
Entah di saat bahagia atau tidaknya hati, meski tengah berada di puncak kegembiraan tertinggi maupun terpuruk dalam palung kesedihan yang begitu curam, cukuplah Dia bagi diri kita…

🌻

Sebuah Kota

Rasanya cukup berat meninggalkan kota yang hampir saja mengikat relung hatiku sepenuhnya. Namun bagaimana, jika segala perkara telah usai di sana. Semua rasa yang tersisa, bersama kenangan sedih maupun bahagia, kutinggalkan saat itu juga di berandanya.

Namun sebelum benar-benar berlalu, kala itu tiap sudutnya telah kutitipi rindu. Nanti, saat kau berkunjung suatu waktu, biar disampaikan seluruhnya kepadamu.

Sebait Kontemplasi

Sebenarnya kita telah memahami, bahwa sejak awal hanya Dia-lah yang senantiasa membersamai setiap langkah dalam perjalanan ini. Dan kita pasti ‘kan mengerti, bahwa pada akhirnya tak ada seorang pun yang dapat kita andalkan selain diri sendiri. Namun entah mengapa, ketergantungan dan harapan pada makhluk terkadang masih sulit ‘tuk dihindari.