Terkenang

Aku masih saja merindui dinginnya udara fajar yang menyelisik di setiap sudut gang kecil itu, yang dengan perlahan merasuk ke dalam rongga dadaku, menghidupkan kembali ruh yang sejenak terlelap dari tubuh. Sesekali diiringi oleh gerimis yang menyenandungkan rintik-rintik teduh hingga menciptakan atmosfer yang begitu damai di penghujung subuh.

Aku masih merindukan suasana pagi yang seringkali membanggakan diri dengan aroma kabut. Namun hawa sejuknya tak dapat lagi membujuk tubuh ini untuk kembali bernaung di balik selimut, sebab harumnya nasi uduk di warung tenda depan gang lebih menggoda untuk dipinang sebagai pengganjal perut. Apalagi, kepulan uap dari bungkusan kecilnya itu kembali menghangatkan telapak tangan yang berkerut.

Aku merindukan suasana sepanjang jalan yang penuh dengan orang-orang berlalu lalang –yang terkadang sampai menimbulkan kemacetan. Bunyi klakson kendaraan yang bersimpangan; suara pedagang yang saling bersahutan; candaan sekelompok kawan dalam perjalanan pulang; alunan adzan yang berkumandang; hingga lantunan dzikir dalam lirih setiap lisan pun turut menyeruak dan memecah keheningan dalam hati setiap orang. Meski sesekali terlihat lengang, namun sebenarnya tak pernah luput dari ingar bingar.

Dan aku pun masih merindukan suara gerobak dorong bersama dentuman piringnya yang saling bercengkrama mengusik hening malam. Ayunan langkah kaki yang menyusul di belakangnya terdengar kian melamban seiring jalan. Pikirku, seperti inikah kehidupan malam di sebuah gang yang terhimpit dinding-dinding persinggahan? Langit gelap yang semestinya membuat kedua mata terlelap justru ditebus dengan langkah kaki yang mulai berat di pekatnya malam –ketika angka dua hampir tersentuh oleh jarum pendek jam. Selarut inikah mereka kembali ke peraduan?

Aku begitu merindukan segala peristiwa yang pernah menjadi bagian dalam episode kehidupanku di sebuah sudut kota. Meskipun kini telah menjelma kenangan yang mengendap indah dalam ingatan, namun setiap perasaan yang ditimbulkan oleh hening dan bisingnya, hawa panas dan teduhnya, udara hangat dan dinginnya, langit biru dan kelabunya, dini hari hingga larutnya, telah membuatku bergelut dengan rasa rindu yang berkepanjangan.

Iklan

2 pemikiran pada “Terkenang

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s