Bukankah sudah ku bilang, sampai kapanpun pembicaraan orang-orang tentangmu akan terus berulang. Tau sendiri kan, rasa puas seseorang itu takkan mudah hilang. Jika yang bergumul dalam pikiran tak segera diutarakan, mungkin dirasa sia-sia bagaikan terbuang. Ah, percuma kalau desas-desus yang didengar tak segera disampaikan ke orang-orang. Akhirnya, berita dari pihak ke sekian yang belum dipastikan keabsahannya itu melayang-layang bagaikan burung terbang. Tak tau ke mana arah yang menjadi tujuan. Puas saja rasanya kalau cerita yang berjudul “Katanya” sudah terbilang. Apalagi gelar sebagai pihak pertama yang memulai pembicaraan dengan kata “dengar-dengar” sudah tersandang. Seakan tak ada lagi tandingan.
Kabar yang masih kabur seringkali menjadi santapan reporter dadakan. Sekali lihat, segera dilaporkan tanpa menilik lebih dalam. Masa bodoh terhadap legalitas wacana dalam narasi tebak-tebakan. Tergesa membacakan simpulan, padahal kebenaran belum sampai di genggaman. “Pelan-pelan, jangan sampai didengar” menjadi mantra andalan. “Jangan bilang siapa-siapa” merupakan kunci kerahasiaan. Tetapi, apalah guna seucap mantra jika tongkatnya sudah patah duluan? Adakah fungsi sebuah kunci ketika duplikatnya mudah dijumpai di sepanjang jalan? Sebuah fenomena besar kehidupan, seakan bukan lagi masanya mengindahkan perasaan seseorang yang menjadi bahan perbincangan.
Ingatlah, bahwa angin tak hanya berhembus di satu penjuru. Andainya ia membawa kabar semu penuh tipu, mengangkut ujaran kebencian yang sudah diramu, mungkin lah bagi angin itu menyelisik ke segala sudut hingga sampai pada pihak yang diburu. Menyakiti kalbu. Tak hanya tergugu, bahkan dapat mengguncang jiwa sebagaimana yang selama ini kita tau.
Pada akhirnya… Yang banyak menjadi pilihan untuk dilakukan adalah diam. Membiarkan, walaupun hati terkadang merasakan kekesalan. Memangnya apa lagi? Menutup mulut semua orang adalah sebuah ketidakmungkinan, mengendalikan jalan pikiran seluruh manusia adalah kemustahilan, namun menyumbat kedua telinga masih bisa diupayakan. Kira-kira begitulah nasihat yang sering ku dengar.
Aku… Kamu… Kita… Semua tau, bahwa kebencian tak selalu membutuhkan alasan. Maka, jangan menyudutkan seseorang dengan perkataan yang menyakitkan. Bila tak suka pada tingkah lakunya, biarkan saja, usah dipedulikan. Tak perlu mencela kekurangan yang masing-masing diri pun punya. Mulutmu adalah belati, sewaktu-waktu dapat menusuk hati tanpa terkendali.
Dunia tak membutuhkan perilaku yang hanya terlihat mengagumkan, jika ternyata diam-diam ucapannya membinasakan. Maka, selalu perhatikanlah setiap perkataan. Words always matter.
Belajar diam, belajar “berhenti di aku” untuk narasi² yang belum pasti
SukaDisukai oleh 1 orang
Terus “berhenti di kamu” nya gimana Mba? 😁
*duh gaje. Abaikan~
SukaDisukai oleh 1 orang
Hahaha… Duh gimana yaa, agak susah gitu buat minta orang berhenti 😁
SukaDisukai oleh 1 orang
Biar… Nanti juga ada yang berhenti sendiri 😁
SukaSuka
Kalau suka selalu butuh alasan tidak, teh?
Laahh~
SukaDisukai oleh 1 orang
Mungkin butuhnya kepastian (?)
🚨🚨🚨
SukaSuka
Bener-bener mewakili perasaanku semalem.
Apasih untungnya bagi orang-orang tersebut menuntaskan keingintahuan tsnpa batas mereka?
Menyelamatkan si empunya berita dari kemalangan? Nggak juga
Ngedoain? Ya Alhamdulilaah sih..
Tapi seringnya cuma pengen membandingkan hidup masing-masing, “oh hidup gw jauh lebih oke dari hidup dia ternyata”
…
SukaDisukai oleh 1 orang
Standar orang-orang dalam berbagai hal memang beda-beda. Kita nggak bisa memenuhi ekspektasi orang lain, karena kita punya kehidupan sendiri-sendiri. Sebaik apapun kita, pasti tetap akan ada yang nggak suka…
Semoga hati kita selalu dilapangkan~
SukaSuka
miris memang ya melihat dunia persosmedan ini, orang ga mikir lagi pencet tombol share. bodo amat bener atau ga yang penting share. kalau aku pribadi sih kita ga akan bisa menahan jari-jari orang lain. tapi usaha minimalnya kita bisa menahan jari kita sendiri.
SukaDisukai oleh 1 orang
Kata-kata emang lebih tajam daripada pisau. Berpotensi membunuh karakter (bahkan orangnya). Hiks~
Bener banget Mba. Mulai dari diri sendiri untuk nggak menyakiti orang lain lewat tulisan…
SukaSuka